Chika adalah seorang anak perempuan yang sangat mencintai Seni.
Terutama dalam hal musik.
Namun, gara-gara Chika terlalu mementingkan musik, akhirnya pada
semester I kelas lima SD, Chika mendapatkan peringkat 18 di kelasnya. Chika
sangat tidak kaget dan tidak menyangka.
“Gara-gara musik, peringkatmu turun drastis.. pokoknya, mulai hari ini,
mama melarang kamu untuk bermain dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
seni !!!” Kata mama Chika dengan perasaan yang penuh kecewa dan sedikit
menyentak.
Chika tidak sakit hati dengan sentakan mamanya itu, namun Chika terharu
dan merasa sangat bersalah. Chika benar-benar tidak kuat melihat raut wajah
mamanya yang sebenarnya bangga dengan bidang musik yang dikuasainya namun harus
bernilai negatif terhadap bidang akademisnya di sekolah.
Walau sangat berat, Chika tetap mengikuti nasehat mamanya itu,karena
Chika tahu bagaimana perasaan mamanya yang malu,kecewa,tidak tega dan
emosi sedang bercampur aduk dalam fikiran
mamanya.
Akhirnya Chikapun meninggalkan musik untuk sementara waktu dan mulai
fokus terhadap pelajaran.
Suatu sore,
Chika sedang menuju ke ruang belajarnya, namun saat melewati ruang tamu, secara
tidak sengaja Chika mendengar pembicaraan mamanya dengan tantenya di telepon.
Waktu itu Chika mendengar berbagai kritikan untuk Chika.
Chika hampir meneteskan air matanya saat mamanya berkata bahwa mungkin
kejadian ini ada sangkut pautnya dengan gen keturunan dari keluarga ayahnya.
Maklum nenek dari ayahnya sama sekali tidak bersekolah, sedangkan kakek dari
ayahnya pun buta karena kecelakaan masa lalu. Jadi, ayah Chika sepertinya tidak
berpendidikan yang cukup untuk sopan santun, sikap, sifat dan watak.
Mendengar itu semua, semangat Chika mulai terkobar, setiap hari Chika
selalu bersemangat belajar, dan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa kegagalan
Chika saat ini karena kemalasan Chika untuk belajar, bukan karena ketekunan
Chika pada musik dan bukan juga karena keturunan gen buruk dari keluarga
ayahnya.
Ketika Chika berada di kelas 5 semester II, Chika berhasil mendapatkan
juara 7 besar, lalu saat semester I kelas 6 Chika pun semakin serius dengan belajarnya dan
mendapatkan peringkat 4 di kelasnya.
Suatu pagi,sebelum bel berbunyi temannya yang bernama Aninda berkata
“Anita itu sangat cerdas dan jenius, sudah pasti dia akan lulus dengan danem
yang sangat baik, kalau kayak kita, mana mungkin,, ya nggak ??!” kata Aninda
kepada Chika yang baru datang. Chika terlalu sensitif dengan perkataan dan
ketidak percayaan itu. Dalam hatinya dia berkata bahwa Ia akan membuktikan pada
semuanya, Dia aka berusaha semaksimal mungkin dan selalu berdoa.
Rintangan demi rintangan terus Chika lalui, akhirnya Chika berhasil
lulus dengan Danem yang terbaik no. 2 di kelasnya yaitu 28,05 sedangkan Anita
terbaik no. 1 di kelasnya yaitu 28,65 hanya beda koma.
Chika sangat bersyukur, setelah Ia diterima di SMP favouritenya, Chika
berusaha mengikuti test IQ dengan buku seadanya. Maklum Chika anak pertama jadi
dia tidak punya kakak yang bisa Ia pinjami untuk Ia pelajari.
Namun, Chika
selalu berusaha dan berdoa.. hingga akhirnya, Saat Test pun tiba..
Chika berusaha
menenangkan dirinya, tapi perasaan gugup dan hatinya yang berdebar-debar tidak
lagi dapat terkontrol.
Hanya satu
dalam hatinya “aku telah berusaha, dan aku telah berdoa.. Mamaku selalu bilang
padaku kalau *Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan doa”.
Sekalipun
soal-soal test tersebut sangat menguras fikirannya ditambah bagaimanakah
hasilnya? Setiap bercerita kepada keluarganya Chika selalu dan hanya bilang
pasrah karena Ia telah berusaha semaksimal mungkin dan telah berdoa..
Chika yakin,
Allah selalu menghargai setiap usaha ummatnya..
Detik-detik
pengumuman pun tiba...
Walau hati
Chika sangat takut akan hasilnya, Dia berusaha untuk selalu tersenyum dan Dia
menghibur diri dengan berbincang kecil dengan teman barunya yang kebetulan
sedang duduk dengannya.
Betapa
terkejutnya Chika,,
Saat namanya
dipanggil pertama oleh sang guru...
Chika sangat
khawatir ada apa ??
Ternyata
temannya menjelaskan bahwa Ia harus maju untuk melihat hasil test (I) nya yang
mendapat juara pertama.
Chika tidak
percaya, Chika pikir temannya hanya “MBANYOL”
Tapi,,
ternyata Chika benar-benar mendapatkannya...
Chika sangat
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Pemurah..
Saat tiba di
rumah, Chika langsung menemui kakek neneknay yang ada di dapur..
Chika tidak
langsung mengutarakan maksudnya, ini hanya SUREPRISE...
“Kek.. Nek..”
Kata Chika lesu
Ada apa nak ??
kata kakek dan neneknya bersamaan merasa khawatir.
“Chi.. Chi..
Chika berhasil mendapat juara 1” katanya sambil berlutut di depan kakek dan
neneknya.. air matanya tak lagi dapat terbendung mengucap syukur pada Tuhan.
Nenek dan
Kakek nya langsung menangis terharu,, menambah suasana syukur semakin terasa..
Mamanya baru
keluar karena baru selesai sholat.
“Lho,, ada apa
??”kata mamanya kaget karena melihat semuanya menangis.
Kakeknya
langsung menjawabnya “Chika juara satu nak” katanya sambil terisak
“Subhanallah,
Alhamdulillah” kata mamanya langsung meneteskan air matanya sambil memeluk dan
mencium Chika.
Mereka semua
mengucap syukur kepada Allah SWT.
Suasana haru
dan syukur terasa menyelimuti mereka. Dan cinta kasih-NYA terasa benar-benar
menyentuh hati mereka..
Tetesan air
mata adalah luapan bahagia dan rasa syukur yang tak dapat terbendung..
Kini.. mamanya
sadar bahwa kepintaran seorang anak bukan karena gen. Tapi karena kerja keras
anak itu sendiri.
Dan Chika
semakin menyadari perlunya keseimbangan antara akademis dan non akademisnya,
antara pelajarannya dan musiknya...
Kini, Chika
semakin mengerti betapa pentingnya kerja keras.. karena kerja keras, dia bisa
menjadi lebih dari dirinya sendiri..
“Karena Kegagalan...
Adalah Awal Sebuah Kemenangan...”